16 Desember 2008

NOVEL GAJAH MADA 1 (Bergelut dalam Kemelut Takhta dan Angkara)

Langit Kresna Hariadi (LKH) melalui penerbit Tiga Serangkai kembali meneruskan kisah Gajah Mada dengan judul Bergelut dalam Kemelut Takhta dan Angkara, setebal 508 halaman. Plus bonus sebuah gambar berukuran A2 berisi lanskap istana Majapahit.

Dalam pengantarnya LKH menuturkan dalam buku pertamanya ada beberapa kesalahan dan kecacatan yang cukup mengganggu yang bersifat menyimpang dari sejarah. LKH menulis kisah Gajah Mada dari catatan-catatan kitab Negarakertagama, Pararaton, prasasti Sukamrta, prasasti Balawi dan bukti sejarah lainnya.

"Bagaskara Manjer Kawuryan? Siapakah orang yang mencoba bermain-main denganku menggunakan nama yang semestinya terkubur bersama kematian Ra Tanca?” Gajah Mada meletupkan rasa penasarannya dalam hati. Sembilan tahun sejak pemberontakan Ra Kuti, baru diketahui orang yang berada di balik nama itu adalah Ra Tanca. Setelah Ra Tanca mati, kini tiba-tiba ada orang lain yang menggunakan nama itu. Pemahaman terhadap kata sandi Bagaskara Manjer Kawuryan sangat terbatas dan nyaris terkubur oleh waktu yang telah bergerak sembilan tahun lamanya. Namun, ternyata di luar sana, entah siapa, setidaknya ada orang yang tahu makna kata sandi itu. Di balik penampilannya yang aneh, menunggang kuda putih, mengenakan jubah berwarna putih, dan menyembunyikan wajah di balik topeng, orang itu mengetahui banyak hal, mengetahui adanya kata sandi Bagaskara Manjer Kawuryan".
– Sinopsis pada halaman sampul belakang buku Gajah Mada: Bergelut dalam Kemelut Takhta dan Angkara

Dalam buku pertamanya LKH kisah Gajah Mada diakhiri pada kejadian raja Majapahit Jayanegara (dulu Kalagemet) dibunuh dengan racun oleh Ra Tanca. Ra Tanca merupakan tabib mumpuni saat itu, hingga saat pemberontakan Ra Kuti berhasil ditumpas Gajah Mada hanya Ra Tanca yang menyerahkan diri, yang akhirnya setelah 9 tahun berkesempatan meneruskan pembalasan atas kematian kelompoknya langsung kepada Jayanegara.

Sampul buku Gajah Mada karya Langit Kresna Hariadi

Buku kedua Gajah Mada karya LKH ini diawali dengan kejadian hari saat Jayanegara dibunuh. Jayanegara adalah satu-satunya anak laki-laki Raden Wijaya dari istri kelimanya, yaitu Dara Petak. Mangkatnya Jayanegara membuat genting keadaan istana, terutama di pihak para ratu, yaitu Tribhuaneswari, Narendraduhita, Pradnya Paramita, Dyah Dewi Gayatri dan Dara Petak karena tidak ada lagi penerus laki-laki. Keadaan ini juga cukup membuat kalang kabut Gajah Mada dan bhayangkaranya.

Ternyata di hari-hari mangkatnya sang raja, di saat rembukan para ratu hendak memutuskan tahta istana jatuh kepada Sri Gitarja atau Dyah Wiyat, putri Raden Wijaya dari istri Dyah Dewi Gayatri terjadi hal-hal yang semakin genting, seperti pembunuhan dan keributan lain yang disimpulkan oleh Gajah Mada sebagai sebuah makar yang berakar dari sebuah konspirasi jangka panjang. Gajah Mada menemukan bahwa konspirasi tersebut masih terkait dengan pemberontakan Ra Kuti dan Ra Tanca dengan ditemukannya simbol ular membelit buah maja, pembunuhan dengan ular berbisa dan pembelotan-pembelotan beberapa anggota bhayangkara.

Sebelum Jayanegara dikremasi Sri Gitarja dan Dyah Wiyat dinikahkan dengan Cakradara dan Kudamerta. Pada saat upacara kremasi kembali terjadi huru-hara, Kudamerta nyaris terbunuh oleh lemparan pisau. Kondisi istana semakin kritis dengan kejadian tersebut hingga Gajah Mada meminta penundaan keputusan siapa yang akan naik tahta (Sri Gitarja atau Dyah Wiyat) hingga permasalahan politik yang ada dituntaskan.

Kondisi politik tersebut membawa kesimpulan bahwa suami sekar kedaton Sri Gitarja dan Dyah Wiyat yaitu Cakradara dan Kudamerta salah satu atau kedua-duanya memiliki ambisi naik tahta menjadi raja dengan menyingkirkan saingannya masing-masing.

Kejadian-kejadian penting terus berlangsung, pembunuhan, munculnya teka-teki, petunjuk-petunjuk, dan kejadian-kejadian lainnya membuat pusing Gajah Mada. Namun Gajah Mada dan kesatuan pasukan khusus bhayangkaranya perlahan-lahan memecahkan semua konspirasi perebutan tahta Majapahit tersebut, termasuk kemungkinan keterlibatan Ra Tanca meskipun ia sudah mati bersamaan dengan mangkatnya Jayanegara.

Sesuai catatan sejarah sejak kematian Jayanegara dibutuhkan waktu selama setahun untuk menunjuk siapa yang berhak menjadi ratu, dan atas saran Gajah Mada akhirnya Ratu Gayatri menunjuk kedua putrinya untuk memimpin negeri Majapahit.

Kisah yang ditulis oleh LKH menceritakan proses investigasi dan penyelesaian konspirasi yang terjadi antara ambisi Cakradara dan Kudamerta hingga lebih tuntas, termasuk keterlibatan Ra Tanca melalui petunjuk-petunjuk yang mengarah bahwa semua yang terjadi berkaitan dengan keahlian Ra Tanca. Apa saja teka-teki yang diselesaikan Gajah Mada? Tentunya banyak dan saling berkaitan, dan dalam buku tersebut LKH mengisahkan keahlian Gajah Mada sang Patih Daha dalam rentang waktu yang pendek (dalam beberapa hari sejak kematian Jayanegara) meskipun ditulis setebal 500 halaman lebih.

Benarkah aksi Ra Tanca (dan pendukungnya) hanya sampai Jayanegara terbunuh sedangkan Ra Tanca hanya meninggalkan seorang istri dan tidak punya pasukan? Siapakah yang meneruskan ambisi pemberontakan dengan simbol ular melilit buah maja tersebut?

Catatan Yang Mungkin Terkait
Langit Kresna Hariadi: Gajah Mada | Gajah Mada: Hamukti Palapa | Mahabharata dalam Pupuh Sunda | Dyah Pitaloka: Senja di Langit Majapahit | Gajah Mada: Perang Bubat | Sundapura: Tarumanagara, Sunda, Galuh, Pajajaran | Gajah Mada: Madakaripura Hamukti Moksa |


Tidak ada komentar: