27 Januari 2009

WE WILL NOT GO DOWN (Song For GAZA)

(Composed & Performed by Michael Heart)


Ablinding flash of white light
Lit up the sky over Gaza tonight
People running for cover
Not knowing whether they’re dead or alive

They came with their tanks and their planes
With ravaging fiery flames
And nothing remains
Just a voice rising up in the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

Women and children alike
Murdered and massacred night after night
While the so-called leaders of countries afar
Debated on who’s wrong or right

But their powerless words were in vain
And the bombs fell down like acid rain
But through the tears and the blood and the pain
You can still hear that voice through the smoky haze

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die
We will not go down
In Gaza tonight

We will not go down
In the night, without a fight
You can burn up our mosques and our homes and our schools
But our spirit will never die

We will not go down
In the night, without a fight

We will not go down
In Gaza tonight

21 Januari 2009

SAYAP-SAYAP PATAH

Hidupku dalam keadaan koma, kosong seperti hidup Adam di Surga, ketika aku melihat Selma berdiri di hadapanku seperti berkas cahaya. Perempuan itu adalah Hawa hatiku yang memenuhinya dengan rahasia dan keajaiban dan membuatku paham akan makna hidup…………….

Namun, sekarangkah saatnya kehidupan akan memisahkan kita agar engkau bisa memperoleh keagungan seorang lelaki dan aku kewajiban seorang perempuan?

Untuk inikah maka lembah menelan nyanyian burung bul-bul ke dalam relung-relungnya, dan angin memporakporandakan daun-daun mahkota bunga mawar, dan kaki-kaki menginjak-injak piala anggur? Sia-siakah segala malam yang kita lalui bersama dalam cahaya rembulan di bawah pohon melati, tempat dua jiwa kita menyatu?

Apakah kita terbang dengan gagah perkasa menuju bintang-bintang hingga lelap sayap-sayap kita, lalu sekarang kita turun ke dalam jurang? Atau tidurkah cinta ketika ia mendatangi kita, lalu, ketika ia terbangun, menjadi marah dan memutuskan untuk menghukum kita?

Ataukah jiwa-jiwa kita mengubah angin malam yang sepoi menjadi angin ribut yang mengoyak-ngoyak kita menjadi berkeping-keping dan meniup kita bagai debu ke dasar lembah? Kita tak melanggar perintah apa pun; kita pun tak mencicipi buah terlarang; lalu apa yang memaksa kita meninggalkan sorga ini?

Kita tidak pernah berkomplot atau menggerakkan pemberontakan, lalu mengapa sekarang terjun ke neraka? Tidak, tidak, saat-saat yang menyatukan kita lebih agung daripada abad-abad yang berlalu, dan cahaya yang menerang jiwa-jiwa kita lebih perkasa daripada kegelapan; dan jika sang prahara memisahkan kita di lautan yang buas ini, sang bayu akan menyatukan kita di pantai yang tenang, dan jika hidup ini membantai kita, maut akan menyatukan kita lagi.

Hati nurani seorang wanita tak berubah oleh waktu dan musim; bahkan jika mati abadi, hati itu takkan hilang murca. Hati seorang wanita laksana sebuah padang yang berubah jadi medan pertempuran; seudah pohon-pohon ditumbangkan dan rerumputan terbakar dan batu-batu karang memerah oleh darah dan bumi ditanami dengan tulang-tulang dan tengkorak-tengkorak, ia akan tenang dan diam seolah tak ada sesuatu pun terjadi karena musim semi dan musim gugur datang pada waktunya dan memulai pekerjaannya…


Sayang bukunya tak kembali dipinjam teman.....

entah kemana,, :-(


Tentang MARYAMAH KARPOV

Maryamah Karpov

Satu lagi novel yang mungkin akan menjadi sebuah fenomenal, sebuah lanjutan seri novel yang paling laris sebelumnya “tetralogi Laskar Pelangi” yang berjudul “Maryamah Karpov” yang merupakan seri pamungkasnya.

Seperti ketiga buku pendahulunya (Laskar Pelangi, Sang Pemimpi dan Edensor), Maryamah Karpov banyak sekali menimbulkan pro dan kontra.

Ada yang mengatakan, kok bisa judulnya Maryamah Karpov, padahal nama Maryamah Karpov hanya disebut beberapa kali dalam novel tersebut, apakah penamaan judul tersebut terlanjur dijual dan melunasi utang yang telah digembor-gemborkan penerbit, karena di dalam cover 3 novel sebelumnya telah terpampang judul seri terakhirnya.

 

Kemudian pada halaman 258 ketika Ikal bercerita kembalinya Laskar Pelangi ke SD Muhammadiyah Gantong dan menemukan guratan tinggi badan ketika mulai masuk hingga SMP. Tinggi badan Ikal dan beberapa temannya naik turun, kalau naik sih wajar tapi kalau turun bias membuat pembaca bingung.

 

Ada juga yang kurang sepakat dengan alur yang diceritakan dalam Maryamah Karpov,

Ketika alur cerita tiga novel sebelumnya yang cukup down to earth menjadi sebuah fiksi petualangan di dunia Lanun. Laskar Pelangi menjadi sebuah kisah penyelamatan A Ling dengan segala macam sains plus mistik.

Sebuah tetralogi yang tadinya diharapkan cerdas dan bernilai untuk perkembangan sastra Indonesia modern, berakhir menjadi sebuah kisah yang profit oriented. Kisah cinta ikal yang setengah mati mengejar A Ling dengan mengorbankan segala hal, padahal dia acuh dengan kondosi keluarga justru mendekonstruksi cerita yang inspiratif.

 

Seorang Mahar yang digambarkan terlalu berlebihan tentang pengetahuannya mistiknya, Lintang dengan kejeniusannya juga dipertanyakan, sampai-sampai cerita tentang pengangkatan perahu yang telah terpendam ratusan tahun hasil karya kejeniusan Lintang juga dipertanyakan kelogisannya.

 

Terlepas dari sekian banyak kritikan yang ada, saya tetap memberikan apresiasi dan acungan jempol kepada Kang Andrea Hirata atas hasil kerja kerasnya yang telah menjadi pencerita yang baik bagi para pembacanya, ini dibuktikan dengan telah hasil yang ia dapatkan, Laskar Pelangi dengan Maryamah Karpov-nya tetap dinantikan.

Menurut kabar, Maryamah Karpov  terjual 30 ribu eksemplar pada hari pertama peluncurannya, mungkin ini akan mengikuti pendahulunya, Laskar Pelangi yang telah bertitel mega-best seller yang telah terjual melebihi 1 juta eksemplar.

Dan saya pun telah selesai membacanya, menghilangkan rasa penasaran dengan lanjutan dari seri-seri sebelumnya. Hasilnya cukup puas dengan cerita yang disajikan, mulai sedih, mengharukan, seru, kocak, bahkan ada kadang-kadang cerita yang konyol dan memalukan.

 

Selanjutnya terserah kepada anda yang membacanya.

 

"Hanya seorang pemberani sejati yang berani bermimpi di saat yang paling mustahil!"

 

(sumber-sumber  saya dapatkan dari forum dan interaksi di millis: klub-sastra-bentang@yahoogroups.com, yang saya ikuti, dan sumber-sumber)

 

 

 

 

5 CM


Sebenernya, kali ini novel yang mau saya ceritakan bukanlah novel keluaran terbaru. Tapi jujur saya katakan novel ini baru selesai bulan ini saya baca. Awalnya saya bisa baca novel ini karena ada rekomendasi dari seorang temen, dan ia pun meminjamkanya. Hehe….

Judulnya 5 cm, sangat singkat dan simple memang kalau dilihat dari judulnya, lagi pula orang berfikir kok bisa 5 cm, seperti sebuah ukuran saja. Tapi mungkin orang akan mengerti maksud si penulis (Sdr. Donny Dirgantoro) setelah kita selesai membacanya.

Novel ini mengambil tema yang cukup sederhana, yaitu tentang persahabatan dan cita-cita. Dan seperti layaknya novel-novel persahabatan lainnya, novel ini cukup menyentuh dan cukup membuat orang yang membacanya menerawang berangan-angan.

Masuk ke isi novel, diawali dengan prolog yang menceritakan karakter-karakter para tokoh yang akan diceritakan. Tokoh-tokoh dalam novel ini, yaitu Genta sang pemimpin, Arial Si Rambo, Zafran sang Penyair, Ian si gendut dan Riani yang paling cantik. Yang menamai diri mereka sebagai Power Ranger.

Secara umum karakter yang diceritakan dari kelima Power Ranger itu berbeda, tapi selebihnya digambarkan ”sama”. Sama-sama filsuf, sama-sama pemerhati negeri, sama-sama pinter lagu dan film lengkap dengan aktor-aktornya dan adegan-adegan dalam film.

Soalnya didalam novel ini kita banyak sekali menemukan lirik-lirik lagu lokal maupun barat, juga banyak mengutip kata-kata bijak dari para orang terkenal.

 

Cerita berlanjut ketika para Power Ranger memutuskan untuk berpisah dulu selama 3 bulan, bukan karena berantem atau ingin mengakhiri persahabatan mereka, tapi mereka berkeinginan agar mereka bias melihat “dunia luar” mereka masing-masing tanpa kehadiran anggota Power Ranger yang lain.

Dalam masa perpisahan banyak hal-hal yang terjadi dalam diri mereka masing-masing,  Genta yang fokus pada kerjaannya, Ian yang ngebut sama TA nya, Arial yang mulai menemukan tambatan hatinya, Zafran yang kurang kerjaan terus ngedeketin Arinda, kembarannya Arial tanpa sepengetahuan Arial dan Riani yang mulai belajar mandiri tanpa kehadiran teman-temannya.

Kemudian Genta sebagai pemimpin menjanjikan untuk membuat suatu pertemuan yang berkesan setelah perpisahan ini. Waktu yang dijanjikan mereka untuk bertemu lagi adalah 14 Agustus.

Genta memutuskan untuk merayakan pertemuan mereka dengan berpetualang ke Gunung Mahameru, puncak tertinggi di tanah Jawa, lambang keagungan dan keanggunan tanah Jawa.

Disinilah bagian terbaik dari cerita ini, mungkin bagi yang membacanya seolah-olah diajak berpetualang bersama mereka, imajinasi kita tentang pegunungan mulai terbawa cerita, apalagi bagi orang yang belum pernah berpetualang naik gunung seperti saya ini, (kasian banget….).

Apalagi pas upacara bendera 17 Agustusan, wah Nasionalis pisan……

Berdiri di tanah tertinggi di Pulau Jawa, menghormat diiringi lagu kebangsaan Indonesia Raya. Seru pisan euy!

Cerita berakhir dengan pertemuan mereka 10 tahun kemudian, dengan pasangan dan para Power Ranger cilik mereka.

Siapakah pasangan mereka……?

Wah mendingan baca sendiri denk, rugi……!


Satu motto mereka yang akan saya ambil hikmahnya dalam setiap menghadapi sebuah ujian yang berat, juga dalam mengejar cita-cita mereka:


 “Biarkan keyakinan kamu, 5 centimeter menggantung mengambang di depan kening kamu. Dan…. sehabis itu yang kamu perlu.Cuma kaki yang akan berjalan lebih jauh dari biasanya, tangan yang akan berbuat lebih banyak dari biasanya, mata yang akan menatap lebih lama dari biasanya, leher yang akan lebih sering melihat ke atas, lapisan tekad yang seribu kali lebih keras dari baja, hati yang akan bekerja lebih keras dari biasanya, serta mulut yang akan selalu berdoa…”


Kemudian dilanjutkan dengan kata-kata,


“Dan kamu akan selalu dikenang sebagai seorang yang masih punya mimpi dan keyakinan, bukan cuma seonggok daging yang hanya punya nama. Kamu akan dikenang sebagai seorang yang percaya pada kekuatan mimpi dan mengejarnya, bukan seorang pemimpi saja, bukan orang biasa-biasa saja tanpa tujuan, mengikuti arus dan kalah oleh keadaan. Tapi seorang yang selalu percaya akan keajaiban mimpi, keajaiban cita-cita, dan keajaiban keyakinan manusia yang tak terkalkulasikan dengan angka berapa pun… Dan kamu nggak perlu bukti apakah mimpi-mimpi itu akan terwujud nantinya karena kamu hanya harus mempercayainya”


Oke kepada yang belum membacanya, selamat membaca ya.....


(thanks kanggo DINE atas pinjeman novelnya.....)

 

 

 

15 Januari 2009

03 Januari 2009

I N T I F A D A H

Intifadah, yang berarti “pemberontakan” dalam Bahasa Arab, adalah nama untuk perjuangan yang dilakukan oleh sekelompok orang Palestina, yang bersenjatakan batu-batu, melawan salah satu musuh terbesar dunia, yaitu orang yang menjawab lemparan batu itu dengan peluru, roket, dan rudal. Memang, mereka jarang sekali ragu-ragu menjadikan orang yang tidak pernah melempar batu sebagai sasaran mereka, bahkan mampu membunuh lusinan anak-anak dengan cara tak berperikemanusiaan.

Intifadah pertama memasuki panggung politik pada 1987, dimulai dengan pemuda Palestina yang membalas pembunuhan enam anak-anak Palestina oleh tentara-tentara Israel. Berlanjut hingga 1993, Intifadah menghadapi tanggapan yang sangat keras dari Israel, berdasar prinsip bahwa “kekerasan melahirkan kekerasan,” Timur Tengah kembali terjatuh ke dalam kekacauan. Sepanjang masa ini, perhatian dunia tertuju pada kasus anak-anak yang tempurung kepalanya pecah dan tangan-tangan mereka dipatahkan oleh para tentara Israel. Orang-orang Palestina, dari yang paling muda hingga yang paling tua, menentang kekerasan militer Israel dan penindasan dengan sambitan batu apa pun yang dapat mereka temukan. Sebagai balasannya, tentara Israel secara besar-besaran memberondongkan senjatanya: menyiksa, mematahkan tangan, dan menembaki lambung dan kepala orang-orang dengan tembakan senapan. Pada tahun 1989, sebanyak 13.000 anak-anak Palestina ditahan di penjara-penjara Israel.

Apa pun alasannya, memilih cara kekerasan tidak pernah memecahkan persoalan. Dan kembali, kenyataan penting harus dicamkan ketika merenungkan tanah tempat Intifadah terjadi. Pertama-tama, karena diperkuat oleh keputusan PBB, tentara Israel menggunakan kekuatan yang, sejalan dengan hukum internasional, seharusnya dijauhi. Meskipun sudah diperkuat aturan, jika Israel menuntut agar keberadaannya di tanah ini diterima, cara menunjukkannya tentu bukan dengan membunuh orang-orang tak berdosa. Karena semua orang yang waras pastilah sepakat, jika salah bagi orang-orang Palestina memilih kekerasan, maka pastilah juga salah bagi tentara-tentara Israel membunuh mereka. Setiap negara memiliki hak membela diri dan melindungi dirinya, namun apa yang telah terjadi di Palestina jauh dari sekedar membela diri.


Tentara pendudukan Israel menanggapi batu-batu dan ketapel remaja Palestina dengan senapan otomatis dan peluru tajam. Oleh karenanya setidaknya beberapa orang Palestina meninggal setiap hari.

Selama tahun-tahun Intifadah, sebuah peristiwa terjadi di desa Kristen Beit Sahour di dekat Bethlehem. Kejadian ini, yang disaksikan oleh penduduknya Norman Finkelstein, hanyalah satu dari banyak contoh yang tidak mendukung bahwa campur tangan militer didorong oleh keinginan membela diri:

Suatu kali di kamp pengungsian Jalazoun, anak-anak membakar ban ketika sebuah mobil menepi. "Pintu dibiarkan terbuka, dan empat pria (pemukim Israel maupun tentara berpakaian preman) melompat keluar, menembak membabi buta ke segala penjuru. Anak-anak di samping saya tertembak di punggungnya, peluru keluar dari pusarnya… Hari berikutnya Jerussalem Post melaporkan bahwa tentara itu menembak untuk membela diri."94

Intifadah rakyat Palestina, yang dilakukan dengan sambitan batu dan pentungan untuk melawan tentara paling modern di dunia, berhasil menarik perhatian internasional pada wilayah ini. Gambar-gambar yang intinya mengenai pembunuhan tentara Israel atas anak-anak berusia sekolah sekali lagi menunjukkan kebijakan teror pemerintah pendudukan. Masa ini berlanjut hingga Kesepakatan Oslo tahun 1993, ketika Israel dan PLO duduk bersama di meja perundingan. Pada pertemuan ini, Israel mengakui Yasser Arafat untuk pertama kalinya sebagai perwakilan resmi rakyat Palestina.

Setelah Intifadah pertama mencapai puncaknya dalam kesepakatan damai, rakyat menunggu dengan sabar perdamaian dan keamanan kembali ke wilayah Palestina. Penantian ini berlanjut hingga Sepetember 2000, ketika Ariel Sharon, yang dikenal sebagai “Penjagal dari Libanon,” melakukan kunjungan yang menghebohkan ke Mesjid al-Aqsa bersama puluhan polisi Israel. Kejadian ini memicu bangkitnya Intifadah al-Aqsa.



Untuk menghentikan pertumpahan darah di Palestina, kedua pihak harus menghentikan kekerasan. Dan untuk mencapai perdamaian abadi, Israel harus menyudahi pendudukannya dan sepenuhnya menarik diri dari Daerah Pendudukan. Orang-orang Palestina harus diberi hak membangun negara merdekanya di atas tanahnya sendiri.

Rasa sakit dan penderitaan tak berujung orang-orang Palestina meningkat dengan adanya Intifadah al-Aqsa. Saat ini, tiap hari ada laporan yang menyebutkan anak-anak dan remaja meninggal di wilayah-wilayah Palestina. Semenjak awalnya di bulan September 2000 hingga Desember 2001, sebanyak 936 orang Palestina tewas (angka-angka ini bersumber dari Organisasi Kesehatan Palestina).95 Sepanjang pertikaian, satuan-satuan tentara Israel menjadikan banyak warga sipil, termasuk anak-anak yang pulang sekolah sasaran pengeboman dengan helikopter.


Tentara Israel menggunakan senjata mereka bukan untuk melucuti senjata anak-anak Palestina, melainkan untuk membantai dan membunuh mereka. Suleiman Abu Karsh, wakil menteri perdagangan Palestina, menyatakan perasaan rakyatnya mengenai Intifadah ini dalam sebuah wawancara:

Intifadah ini terlahir dari kekejaman Zionis Israel dan provokasi terhadap rakyat Palestina dan hal-hal yang kami anggap suci. Karena ikatan kuat rakyat Palestina terhadap tempat-tempat suci ini, khususnya Mesjid Aqsa, yang merupakan kiblat pertama Muslimin, mesjid mereka, dan salah satu titik pusat Haram asy-Syarif, Israel menunjukkan tindak kekejaman.96



Banyak anak-anak Palestina yang sedang ditahan hari ini di penjara-penjara Israel. Anak-anak yang ditahan dalam bentrokan menghadapi berbagai jenis penyiksaan, seperti digambarkan dalam laporan rinci berbagai lembaga hak azazi manusia. Akan tetapi, sebagian besar pemerintahan mengabaikan laporan ini.

Di Palestina, di mana 70% penduduk terdiri atas kalangan muda, bahkan anak-anak pun telah mengalami perpindahan, pengusiran, penahanan, pemenjaraan, dan pembantaian semenjak pendudukan tahun 1948. Mereka diperlakukan seperti warga kelas dua di tanahnya sendiri. Mereka telah belajar bertahan hidup dalam keadaan yang paling sulit. Renungkanlah fakta-fakta berikut ini: 29% dari orang yang terbunuh selama Intifadah al-Aqsa berusia di bawah 16 tahun; 60% dari yang terluka berusia di bawah 18; dan di wilayah tempat bentrokan paling sering terjadi, paling tidak lima anak terbunuh tiap hari, dan setidaknya 10 orang terluka.





Chris Hedges, yang bertindak selaku kepala biro Timur Tengah The Times selama bertahun-tahun, menyatakan bagaimana tentara Israel membunuh anak-anak Palestina tanpa ragu dalam sebuah wawancara:
Saya telah melihat anak-anak ditembak di Sarajevo. Maksud saya, penembak jitu akan menembaki anak-anak di Sarajevo. Saya telah melihat tentara kematian membunuh keluarga-keluarga di Aljazair atau El Salvador. Namun saya tak pernah melihat tentara melecehkan dan menelanjangi anak-anak seperti ini lalu membunuh mereka untuk kesenangan.” (Wawancara NPR dengan Chris Hedges)

Tentara Israel, yang menjadikan warga sipil dan anak-anak sebagai sasaran, tidak ragu menembak bahkan anak-anak yang tengah bermain di tempat bermain sekolah. Karena jam malam yang diberlakukan oleh Israel, dalam tahun itu mereka lebih sering tidak pergi ke sekolah. Ketika mereka bisa bersekolah, mereka menjadi sasaran serangan Israel. Salah satu serangan itu terjadi pada 15 Maret 2001. Sewaktu murid-murid Sekolah Dasar Ibrahimi di al-Khalil tengah bermain selama jam istirahat, tentara Israel menembaki mereka. Kejadian ini, ketika enam anak-anak terluka parah, bukan contoh yang pertama maupun terakhir tentang kekejaman semacam itu.97

Dalam The Palestine Chronicle, wartawan-penulis Ruth Anderson menggambarkan beberapa kejadian tak berperikemanusiaan dalam Intifadah al-Aqsa:

Tak ada yang menyebutkan seorang lelaki muda yang baru menikah yang pergi berdemonstrasi hanya untuk menjadi martir, meninggalkan pengantin wanitanya menjadi janda. Tak ada yang menyebutkan pemuda Palestina yang kepalanya diremukkan oleh orang Israel dan tangannya dipatahkan sebelum ia secara brutal dijagal. Tak ada yang menyebutkan seorang anak kecil berusia 8 tahun yang tertembak mati oleh tentara Israel. Tak ada yang mengatakan bagaimana para pemukim Yahudi, yang dilengkapi dengan berbagai jenis senjata dan disokong oleh pemerintah Barak, menyerang desa-desa Palestina dan mencabuti pohon-pohon zaitun dan membunuh orang-orang sipil Palestina. Tak ada yang menyebutkan bayi-bayi Palestina yang meninggal ketika rumah mereka dibom dengan serangan udara atau orang yang dihujani oleh peluru Israel ketika dipindahkan ke tempat aman. Setiap orang tahu bahwa bayi-bayi tidak bisa melempar batu. Setiap orang tahu kecuali orang-orang Israel dan Amerika.98

Intifadah al-Aqsa Merupakan Hasil Kerja Ariel Sharon

Untuk memahami kekerasan yang terus berlanjut di luar kendali pada bulan April 2001 dan membawa Israel dan Palestina mandi darah, kita harus ingat bagaimana Intifadah terakhir dimulai. Orang yang ada di pusat kejadian ini adalah Ariel Sharon, yang kemudian menjadi, dan masih menjadi perdana menteri. Sharon dikenal oleh orang-orang Islam sebagai seorang politisi yang gemar menggunakan kekerasan. Seluruh dunia mengenalnya karena pembantaian yang telah ia lakukan atas orang-orang Palestina, perilakunya yang suka menghasut, dan kata-kata kasarnya. Yang terbesar dari pembantaian-pembantaian itu terjadi 20 tahun yang lalu di kamp pengungsian Sabra dan Shatilla, menyusul serangan Israel pada Juni 1982 ke Libanon. Dalam pembantaian ini, sekitar 2000 orang tak berdaya dibunuh, mengalami siksaan hebat, dan dibakar hidup-hidup. Tambahan lagi, banyak mayat yang dibakar atau dipotong-potong dan tak terungkap. Nama kedua yang akan kita temui di masa ini adalah Ehud Barak, yang saat itu komandan tentara Israel dan nantinya juga menjadi perdana menteri.

PEMBANTAIAN ZIONIS JUGA MENJADIKAN ANAK-ANAK SEBAGAI SASARAN


Tentara Israel telah membunuh dengan keji anak-anak Palestina. Di bawah adalah seorang murid Palestina yang masih kecil, masih mengenakan tas punggungnya, menjadi sasaran peluru Israel.




Harian Turki CUMHURIYET, 23 Mei 2001
MEREKA MERACUNI ANAK-ANAK PALESTINA DENGAN PERMEN
Warga Palestina menyatakan bahwa coklat yang dibagi-bagi oleh pesawat Israel diberi racun.

W. REPORT, APRIL - MEI 1993

Harian Turki MILLI GAZATE,
25 Juli 2001
ANAK-ANAK PALESTINA, SASARAN TEMBAKAN
Harian Turki RADIKAL, 2 Mei 2001
KEJAHATAN MEREKA TAK TERGUGAT

Harian Turki CUMHURIYET, 21 Juli 2001
KORBAN TERAKHIR ADALAH BAYI BERUSIA TIGA BULAN
W. REPORT, JAN-FEB 1999

Menurut ideologi Zionis, tidak boleh ada unsur asing apa pun di “tanah terjanji.” Oleh karena itu tidak ada penolakan membunuh anak-anak atau bayi sekali pun dalam buaiannya. Dalam artikel Rachel Marshall “Sowing Dragonseed: Israel’s Torment of Children Under Occupation” dalam Washington Report on Middle East Affairs ia menggambarkan penyiksaan yang ditanggung oleh anak-anak Palestina.

Dunia Islam tidak akan pernah melupakan pembantaian ini atau pembantaian lain yang dilakoni oleh militer Israel selama 50 tahun terakhir. Karena alasan ini, kunjungan menghebohkan Sharon ke Mesjid al-Qqsa jauh lebih penting dibanding yang dilakukan oleh politisi Israel lainnya. Sharon dan Partai Likud-nya meneruskan kebijakan ketat tidak mau menarik diri dari Daerah Pendudukan, memperluas pemukimannya, dan menolak melakukan perundingan tentang kedudukan tetap Yerusalem. Saat ini, dunia sepakat akan satu kenyataan: Sharon melakukan kekerasan dan tidak membuang-buang kesempatan untuk menyokong atau pun melakukannya sendiri.


Pembantaian di kamp pengungsi Sabra dan Shatilla yang dilakukan di bawah arahan Sharon bukanlah yang pertama atau yang terakhir baginya. Sharon tidak berubah selama bertahun-tahun ini, dan segera setelah ia menjadi perdana menteri ia akan membersihkan yang masih tertinggal.

Kunjungan provokasi menghebohkan Ariel Sharon ke Mesjid Aqsa menyulut Intifadah jilid dua.
(Kanan) Majalah Turki - AKSIYON, 14 Oktober 2001

Berlanjutnya kekerasan terakhir dimulai ketika Sharon, di bawah kawalan 1200 orang polisi, memasuki Mesjid al-Aqsa, suatu tempat yang suci bagi Muslimin. Setiap orang, termasuk para pemimpin Israel dan rakyat Israel sepakat bahwa masuknya Sharon ke tempat suci ini, suatu perbuatan yang biasanya terlarang bagi non-Muslim, adalah sebuah provokasi yang dirancang untuk mempertegang keadaan yang sudah memanas dan memperbesar pertentangan. Ia jelas-jelas berhasil. Penentuan waktunya sama pentingnya dengan tempat itu, karena pada hari sebelumnya Ehud Barak telah mengumumkan bahwa Yerusalem mungkin dibagi dua dan dimungkinkan perundingan dengan orang-orang Palestina. Bagi Sharon, yang dengan keras mengkritik setiap jalan damai dan menolak berdebat untuk persoalan Yerusalem, semua ini adalah alasan yang dibutuhkannnya untuk membuat kunjungan menentukan.



Menyusul kunjungan Sharon, wilayah Palestina sekali lagi tercebur ke dalam kekacauan.

Akan tetapi, kita bisa berharap bahwa Sharon, yang merupakan seorang Yahudi amat taat, akan berlaku lebih berperikemanusiaan dan damai. Kebijakan Sharon cenderung menjadi satu kasus yang sejalan dengan Zionisme Revisionis, suatu gerakan yang dirancang oleh pemimpin Zionis proto-fasis Vladimir Jabotinsky. Ideologi Jabotinsky tentu bukan ideologi yang memihak agama, melainkan Darwinis Sosial, doktrin keras yang diilhami oleh Nazisme dan fasisme Mussolini. Setelah pembentukan negara Israel, warisan Jabotinsky ditemukan tersimpan baik dalam Partai Herut sayap kanan, dan sepanjang waktu partai ini berkembang menjadi corong agama. Herut berkembang menjadi Likud di dasawarsa berikutnya dan menjadi partai politik Israel yang paling berkuasa. Akan tetapi, bumbu agama yang dipakai partai ini, seperti dalam kasus lain agenda politik sayap ultrakanan, adalah menipu. Salah satu contoh nyata tentang hal ini adalah jurang pemisah yang lebar antara kerasnya Likud dengan pesan damai Taurat. “Kalian tidak boleh membunuh,” pesan Perjanjian Lama, yang dengan demikian bertentangan dengan semangat anggota partai Likud radikal untuk mengusir orang-orang Palestina dari tanahnya. Kita berharap bahwa Ariel Sharon dan orang sepertinya akan kembali ke petunjuk Yudaisme sebenarnya dan berusaha membangun sebuah bangsa yang akan menjadi “cahaya bagi-bagi bangsa-bangsa,” seperti yang diinginkan Taurat.

Apakah Penghancuran Mesjid al-Aqsa Merupakan Tujuan Sebenarnya?

Untuk memahami pentingnya Mesjid Aqsa dan Yerusalem dan sekitarnya bagi orang-orang Israel, penting artinya meninjau wilayah ini dari kaca mata Zionis. Kepercayaan Yahudi yang telah dipolitisir secara radikal menilai bahwa masa yang dimulai dengan Zionisme akan berlanjut hingga datangnya al-Masih. Namun, untuk mencapai tujuan ini, orang Yahudi radikal percaya bahwa tiga kejadian penting harus terjadi. Pertama, sebuah negara Israel merdeka harus didirikan di Tanah Suci dan penduduk Yahudinya harus meningkat. Pindahnya orang Yahudi ke Tanah Suci secara terencana telah diwujudkan oleh para pemimpin Zionis semenjak awal abad kedua puluh. Di samping itu, Israel menjadi sebuah bangsa dengan negara merdeka di tahun 1948. Kedua, Yerusalem dicaplok pada tahun 1967 dalam Perang Enam Hari, dan pada 1980, diumumkan sebagai “ibu kota abadi” Israel. Yang ketiga, dan satu-satunya syarat yang masih harus dipenuhi, adalah pembangunan kembali Kuil Sulaiman, yang dimusnahkan 19 abad yang lalu. Yang masih tersisa darinya adalah Tembok Ratapan.

Akan tetapi, hari ini ada dua tempat ibadah Islam di atas tempat ini: Mesjid Aqsa dan Qubbah as-Sakhrah. Agar orang Yahudi dapat membangun kembali kuil tersebut, kedua tempat ibadah ini harus dihancurkan. Halangan terbesar melakukannya adalah umat Islam dunia, khususnya Palestina. Sepanjang mereka masih ada, orang-orang Israel tidak dapat menghancurkan kedua tempat ini. Oleh karena itu alasan sebenarnya bentrokan yang akhir-akhir ini menjadikan jalanan berdarah lagi bisa ditemukan dalam impian Zionis ini.

Seperti telah kita tekankan sebelumnya, bagaimanapun Yerusalem sama pentingnya untuk Muslimin maupun umat Kristiani. Karena alasan ini, kota ini, yang suci bagi Yahudi, Kristen, maupun Islam, tidak dapat sepenuhnya diberikan ke tangan Zionis. Satu-satunya pemecahan masalah yang kelihatannya sudah macet ini adalah menemukan suatu cara agar warga Yahudi, Kristen, maupun Islam dapat hidup bersama dalam damai dan aman. Sepanjang sejarah, hanya pemerintahan Islami yang berhasil melakukannya, sehingga hanya orang Islam yang akan mampu melakukannya di masa depan. Israel, dengan sikapnya yang menghina orang Islam maupun Kristen, hanya bisa membawa teror dan ketidaktertiban pada Yerusalem dan sekitarnya.

Demikian pula, semua perundingan antara pejabat Israel dan Palestina tidak berhasil dilakukan dalam persoalan Yerusalem. Semenjak Israel didirikan di tahun 1948, berbagai pemecahan telah diusulkan untuk Yerusalem: Menyatakan kota Yerusalem yang netral dan bebas, kedaulatan bersama Israel dan Yordania, sebuah pemerintahan yang terdiri atas perwakilan semua agama, memberikan hak tanah pada warga Palestina dan udara serta hasil bumi untuk Israel, dan banyak usulan serupa itu. Namun, Israel menolak semuanya dan akhirnya merebut Yerusalem dengan kekuatan dan mengumumkannya sebagai “ibu kota abadi” Israel. Sepanjang Israel menolak menghapus kebijakan kekerasannya yang telah berkepanjangan, menarik dirinya dari Daerah Pendudukan, atau berunding dengan rakyat Palestina, kedudukan Yerusalem di masa depan dan semua masalah terkait lainnya tidak dapat dipecahkan.

Impian terbesar Zionis adalah menghancurkan Mesjid Aqsa dan membangun kembali Kuil Sulaiman, yang cuma punya satu-satunya dinding yang tersisa.
Gambar sebelah kanan memperlihatkan bentuk istana Sulaiman.



Selama berabad-abad pemerintahan Kesultanan Ottoman, pemeluk ketiga agama hidup bersama dalam damai di Palestina. Masih dimungkinkan mencapai perdamaian seperti itu sekarang.

Serangan atas Mesjid Aqsa

Seperti dilaporkan di atas, tempat Mesjid Aqsa mempunyai derajat kepentingan khusus bagi semua Yahudi, tapi khususnya bagi Zionis. Karena alasan ini, para Zionis bertempur demi Yerusalem yang murni dan berusaha “memurnikannya” dari unsur Kristen dan Muslim. Menurut banyak Yahudi fanatik, Mesjid Aqsa seharusnya dihancurkan sama sekali. Meski kelihatannya semua Zionis sepakat dengan pandangan ini, beberapa di antaranya menyandarkan diri pada alasan politis, dan lainnya menggunakan alasan keagamaan. Apa pun alasannya, ada satu kenyataan yang tak terhindarkan: Zionis menganggap bahwa keberadaan Mesjid Aqsa adalah hambatan besar bagi visi masa depan mereka.


Serangan yang dilakukan oleh Yahudi radikal mengakibatkan hak milik kedua belah pihak rusak dan kematian. Gambar di atas adalah upaya pemugaran yang dilakukan setelah pembakaran sebagian Mesjid Aqsa oleh Zionis pada tahun 1967.

Dengan kenyataan ini, belum lama ini para Zionis radikal telah melakukan banyak upaya untuk menghancurkan Mesjid Aqsa. Menurut fakta yang ada, beberapa kelompok sepenuhnya sukarela menjalankan misi ini. Semenjak 1967, kelompok-kelompok ini telah menyerang Mesjid Aqsa lebih dari 100 kali, dan dalam melakukan penyerangan itu, telah membunuh banyak orang Islam selama ibadah sholat mereka.

Serangan pertama dilakukan oleh Rabbi Shlomo Goren, pendeta pada Angakatan Bersenjata Israel, pada bulan Agustus 1967. Goren, yang kemudian menjadi kepala rabbi Israel, memasuki tempat suci Islam itu dengan 50 pria bersenjata di bawah pengawasannya. Pada 21 Agustus 1969, Zionis melancarkan tembakan langsung ke mesjid tersebut, merusakkan sebuah mimbar yang terbuat dari kayu dan gading. PBB hanya merasa perlu mengutuk kejadian itu, sebuah serangan langsung atas tempat ibadah Islam.

Harian Turki YENI SAFAK, 10 Juni 2001
MESJID AQSA AKAN ROBOH
Penggalian Israel di bawah Mesjid Aqsa berlangsung cepat.

Harian Turki MILLI GAZETE, 15 Mei 2001
MESJID AQSA DALAM BAHAYA

Menurut ideologi Zionis, lokasi Mesjid Aqsa mempunyai arti penting. Banyak Yahudi fanatik percaya bahwa mesjid ini harus dihancurkan sama sekali. Penggerogotan yang dilakukan di fondasinya dirancang untuk menyebabkan keruntuhan “alami” mesjid ini.

Pada 3 Maret 1971, pengikut pemimpin radikal Gershon Solomon juga menjadikan Haram asy-Syarif sebagai sasaran. Meskipun mereka mundur setelah kontak senjata dengan tentara keamanan Palestina, mereka tidak kapok dan melancarkan lagi serangan serupa 3 hari berikutnya. Pertempuran pun pecah dan dilakukan dengan kejam oleh satuan tentara Israel. Kemudian, pada 1980, sekitar 300 anggota kelompok teroris radikal Gush Emunim menggunakan senjata berat dan menyerang mesjid. Dua tahun berikutnya, seorang Israel yang membawa paspor Amerika bergerak ke mesjid dengan senapan serbu M-16 dan menembakkannya pada orang Islam yang tengah sholat di sana. Setelah kejadian tragis ini, di mana dua orang Palestina tewas dan banyak lainnya terluka, tak seorang pun mempertanyakan bagaimana seorang lelaki bersenjata bisa menembus “barikade” yang didirikan di sekitar mesjid itu oleh para tentara Israel. Si penyerang diadili dan ditahan sebentar, ia berkoar-koar bahwa ia telah “menyelesaikan tugasnya.” Pada tahun yang sama seorang murid dari pemimpin teroris keji rabbi Meir Kahane menyerang mesjid ini dengan dinamit.

BARIKADE ISRAEL DI DEPAN MESJID AQSA

(Atas) Seorang bocah laki-laki Palestina di depan barisan tentara yang mencegah orang Islam yang ingin beribadah di bawah usia 45 tahun melakukan sholat Jum’at di kompleks Mesjid Aqsa di kota tua Yerusalem Jum’at 10 November 2000. Polisi melarang pria Islam di bawah usia 45 memasuki kompleks mesjid itu untuk meredam kericuhan setelah ibadah itu.
Mesjid Aqsa menjadi titik pusat bentrokan yang terjadi antara Israel dan Palestina. Bentrokan baru terjadi setiap hari, karena kekuatan pengamanan Israel telah semakin memperkuat dirinya di daerah ini.

Cerita penyerangan seperti itu tidaklah berhenti di sini. Pada 10 Maret 1983, anggota Gush Emunim memanjat dinding Haram asy-Syarif dan mencoba menaruh bahan peledak. Para teroris ini diperiksa dan dibebaskan beberapa bulan kemudian. Segera setelah serangan ini, sekelompok teroris Yahudi radikal yang dipersenjatai dengan banyak alat-alat peledak termasuk lusinan granat, dinamit, dan 12 rudal mortar, mencoba meledakkan Mesjid al-Aqsa. Kemudian pada tahun 1996, suatu rencana Zionis yang baru tentang mesjid ini dilaksanakan. Setelah gagal mencapai tujuannya dengan serangan bersenjata, para Zionis berusaha menghancurkan mesjid dari bawah, dan mulai menggali terowongan besar di bawahnya. Alasan mereka menggalinya adalah “penelitian sejarah."

Kejadian yang disebutkan di atas hanyalah beberapa contoh tentang bagaimana Zionis radikal menjadikan Mesjid al-Aqsa sebagai sasaran penghancuran. Rakyat Palestina mengemban tanggung jawab melindungi tempat suci ini dan Yerusalem itu sendiri atas nama umat Islam di seluruh dunia, dan adalah mereka yang langsung menanggung serangan ini. Oleh karena itu, tanggapan mereka terhadap kunjungan Sharon yang menghebohkan itu, yang ditampilkan seolah sebuah permainan politik, sangatlah penting. Kekerasan yang dimulai oleh Sharon dengan melecehkan tanah suci umat Islam dengan kawalan 1200 tentara tidak menunjukkan tanda-tanda mereda. Angka-angka menunjukkan dengan lugas tingginya derajat kekerasan, yang dipelopori oleh Sharon ini, dan berlanjut di bawah kepemimpinannya.


94- Ian Gilmour, "Israel's Terrorists," The Nation, April 21, 1997, tanda penegasan ditambahkan.
95- Health Development and Policy Institute, http://www.hdip.org/reports/Martyrs_statistics.htm.
96- Yeni Safak Turkish Daily, 19 Desember 1999.
97- Defence for Children International/ Palestine Section, www.dci-pal.org.
98- Ruth Anderson, "Intifada Al-Aqsa and American Propaganda," The Palestine Chronicle Online, www.palestinechronicle.com, tanda penegasan ditambahkan.